Lakon Dua Zaman Dewi Hastuty SjariefAda api yang disebar ucapannya Dalih seribu rencana Siapa yang berani menyelam di kedalaman niat Sujud menjilat ludah, diri mengubur hargaMalam telah pekat, suara-suara tetap lantang, orasi dalam kibar bendera dicekat desingan peluru, isosianat mengudara Seiring lafaz Sang Maha Cinta Deru tapak kaki berlari dan kembali Seru sekalian rakyat menggugat Mereka balas ribu dentum tembaga bulat Pekik cinta berkumandang Perihnya merasuk tulangDini hari Ramadan karim Surau di kampung-kampung mendayu ayat ayat Tuhan Di ibukota kepul asap merebut ruang Lambat menyapu sayu bersama rintih para penuntut.Oh Raja semesta Bejana kebenaran dipecahkan Orang orang nanar rasa Betapa perihnya keadilanRencana telah menepuk sebelah jeda Beradu rumus menampar akal Kotak kotak kardus raib ditelan naga mereka tak bertanya apa isi surgaSekali yang pasti Panggung dagelan berapi, tak lagi bertepuk bagi lelakon dua zaman Cukuplah malu Angkatlah dagu.Makassar 22/05/2019 Dewi Mudijiwa. 5/5Dewi Hastuty Sjarief (DHS) adalah penulis puisi, pekerja seni dan aktifis perempuan Islam di Makassar. Karya puisinya termaktub dalam buku “9 Pengakuan; Seuntai kidung Mahila” (2011) diterbitkan oleh Komunitas Mahila, kumpulan puisi “Wasiat Cinta” (2013) dan kumpulan puisi perempuan Indonesia Timur: ”Isis dan Musim-musim” (2014) diterbitkan Mimbar Penyair Makassar. Baca profil DHS lebih lengkap di sini.